Setelah mengalahkan Perancis,
Hitler mengira Inggris pasti bersedia untuk berdamai, sehingga Jerman bisa
dengan mudah menyerang Rusia. Namun dia salah, Inggris berkali-kali menolak
permohonan perdamaian dengan Jerman. Ketidaksediaan Inggris tersebut dijawab
Hitler dengan mengeluarkan surat perintah yang isinya mengadakan persiapan
untuk invasi ke Inggris.
Hari menjelang malam, Ernest von
Kluge melakukan persiapan terakhirnya sebelum turun ke medan perang. Ia dipasangkan dengan dua orang pilot muda
yang baru di rekrut skuadronnya, yang satu bernama Hugo, pemuda berusia 19
tahun yang berasal dari kota Frankfurt, yang seorang lagi pemuda berbadan
tinggi tegap bahkan lebih tinggi dari Ernest, ia bernama Friedrich yang juga
merupakan putra dari salah satu petinggi Luftwaffe.
Mereka berkumpul dan mendengarkan
instruksi dari sang komandan operasi mengenai penyerangan yang akan mereka
lakukan malam nanti.
“Unternehmen Seelӧwe? Terdengar keren”
“Ya, kita akan melumpuhkan Royal Air
Force dan instalasi militer Inggris di pesisir pantai agar memudahkan
angkatan laut dalam menjalankan Unternehmen Seelӧwe (Operasi Singa Laut)” jawab
Ernest.
“Aku yakin angkatan udara kita mampu mengalahkan RAF. Akan menyenangkan
bukan jika kita memenangkan perang ini? dan selangkah lagi aku akan naik
pangkat”
“Hey Hugo, fokuslah pada penyerangan nanti malam”
Invasi Jerman oleh Luftwaffe dimulai tepat pukul delapan malam. Ernest
beserta kedua rekannya Friedrich dan Hugo naik ke atas pesawat dan lepas landas
pergi meninggalkan pangkalan udara menggunakan pesawat Junkers Ju-88 milik
Jerman. Entah mengapa Ernest yang awalnya tidak merasa takut dan kuatir
tiba-tiba saja menjadi gelisah seakan sesuatu mengganggu pikirannya, ia merasa sesuatu
yang buruk akan terjadi. Benar saja tak lama setelah memasuki daerah musuh, dua
pesawat Junkers tertembak, ia pun langsung keluar dari formasi, tapi apa daya
pesawatnya pun ikut tertembak. Mereka berhasil keluar pesawat dan melakukan
terjun payung sebelum pesawat mereka menghantam tanah, tetapi nasib sial
dialami Hugo, ia tidak berhasil keluar dari pesawat, bahkan tak lama kemudian
Ernest mendengar suara tembakan bersamaan dengan teriakan Friedrich. Ernest pun
dengan segera melepaskan parasutnya dan menjatuhkan diri, ia jatuh dari
ketinggian dua puluh meter ke tengah hutan nan lebat, ia selamat tetapi darah
keluar menganak sungai dari kepalanya. Ia merasa inilah akhir hidupnya, sesaat
kemudian ia terbayang kembali detik-detik kematian ayahnya yang tewas tertembak
oleh mata-mata Britania Raya di depan matanya dan kata-kata terakhir ayahnya
pun terus menggaung di kepalanya.
“Mein Sohn, die Freudenheit wird genommen
wenn wir der Krieg gewinnen” yang artinya anakku, kedamaian hanya akan
didapatkan jika kita memenangkan perang.
Mengingat kata-kata ayahnya, ia pun bangkit berdiri dan mulai berlari.
Tentara Inggris mengejarnya, ia terus berlari dengan bersusah-payah menghindar
dari kejaran tentara Inggris.
Tiba-tiba ia melihat sesosok
wanita berpakaian putih dari kejauhan, wanita tersebut terkejut dan berlari,
Ernest pun mengejar wanita tersebut hingga melihatnya masuk ke dalam gua di
tengah hutan tersebut. Mendengar suara tentara Inggris mendekat, ia pun
memutuskan untuk masuk ke dalam gua. Tak ada sedikitpun cahaya disana, yang
terdengar hanyalah suara nyanyian jangkrik dan serangga lain penghuni gua
tersebut. Ia berjalan perlahan menyusuri gua hingga terlihat setitik cahaya
dari kejauhan, ia berlari menuju cahaya tersebut hingga akhirnya melihat jalan
keluar dan menemukan dirinya berada hutan yang bahkan jauh lebih lebat lagi. Dia
tak mungkin kembali ke gua tersebut, tentara Inggris sudah pasti akan
menghabisinya begitu ia ditemukan, maka ia memutuskan berjalan membelah
lebatnya hutan tersebut ditemani sinar dewi malam yang menghujani hutan itu.
Ernest sudah tidak sanggup berjalan,ia terjatuh dan tak sadarkan diri.
Cahaya sang raja siang di pagi hari dan suara burung berbincang-bincang membangunkannya,
dia mencoba bangkit berdiri tetapi tidak bisa, kedua kakinya seakan mati rasa.
Kemudian seseorang datang mengejutkannya,
“Kau sudah bangun?”
“Siapa kau!?”, Ernest terkejut
“Maafkan aku mengagetkanmu, perkenalkan namaku Marie”
“Kau yang memasang perban ini?”
“Ya, tentu saja tidak mungkin sebuah perban bisa
melekat sendiri tanpa ada yang memasangkannya”
“Terima Kasih banyak, namaku Ernest,
kenapa kau menolongku?”
“Apa yang kau harapkan? Aku sedang mencari kayu bakar di hutan dan aku
menemukanmu disini tergeletak dan terluka, tidak mungkin aku membiarkanmu.
Lagipula apa kau lakukan disini dan apa yang terjadi padamu?”
Ernest terdiam tak menjawab,
kejadian semalam masih menghantui pikirannya
“Hey, apa kau mendengarkanku?”
“Maafkan aku, semalam aku melihat seorang wanita
berpakaian putih yang masuk ke gua, mengikutinya dan aku sampai di hutan ini”
“Gua? Gua apa? setiap pagi aku mencari kayu bakar disini dan aku tidak
pernah melihat gua”
“Aku tak berbohong, aku benar-benar melewati gua setelah semalam aku
terjatuh dari pesawat dan temanku tertembak, sekarang tentara Inggris pasti
sedang memburuku”
“Apa maksudmu? Pesawat? Tentara Inggris? Kau pasti terbentur
cukup keras, lebih baik kau beristirahat dulu di rumahku ”
Mereka berjalan meninggalkan hutan. Ernest yang sudah
tidak kuat berjalan menumpang keledai milik Marie. Tak lama setelah mereka
meninggalkan hutan, mereka sampai di sebuah pedesaan kecil dan sampailah mereka
di kediaman Marie.
“Ibu, mengapa pulang lebih cepat? Dan... siapa dia?
“Ernest, perkenalkan ini Anna, anakku, Anna ini Ernest,
ia ibu temukan terluka dan tak sadarkan diri di hutan”
Seketika Ernest terpesona
oleh kecantikan Anna yang bagaikan seorang Cleopatra.
“Hai Anna”, seketika itu juga Anna merasakan
jantungnya seperti melompat-lompat ingin keluar.
“Hai”, Anna menjawab pelan.
Malam hari pun tiba,
Marie dan Anna mengajak Ernest untuk bersantap bersama mereka dan
memperbolehkannya menetap di rumah mereka untuk sementara.
“Apakah sebaiknya kita
menunggu seseorang lagi sebelum kita mulai makan?”, tanya Ernest
“Ayahku sudah
meninggal beberapa tahun yang lalu”, jawab Anna
“Maafkan aku, aku
tidak bermaksud membuatmu sedih”
“Sudahlah, kita tidak
perlu membicarakan kematian suamiku. Bagaimana denganmu? Bagaimana kau bisa
sampai disini dan dari mana asalmu?” tanya Marie
Ernest menjelaskan bagaimana ia bisa sampai disini, Marie dan Anna seolah
tak percaya apa yang mereka dengar. Ernest diberi penjelasan bahwa saat ini
Ernest berada di sebuah desa di kerajaan Waldberg yang ternyata seperti
kerajaan di abad pertengahan masih sangat sederhana teknologinya, tidak ada
pesawat, tidak ada kendaraan bermesin, yang ada hanyalah kendaraan tak bermesin
yang ditarik oleh kuda dan sebagian besar penduduk desa menggunakan keledai
sebagai pengangkut barang, pasukan kerajaan pun masih menggunakan pedang,
tombak dan semacamnya. Ernest mengutarakan niatnya untuk kembali ke dunia
asalnya, dan menanyakan soal gua yang berada di tengah hutan tersebut, tetapi
tak satupun dari Marie dan Anna yang tau mengenai gua tersebut.
Tak mendapat jawaban,
Ernest pun memutuskan untuk pergi sendiri ke hutan yang berada di timur desa
tersebut untuk mencari gua tersebut. Ernest berharap ia akan menemukan guanya
pada hari pertama ia mencari gua tersebut, namun 3 hari lamanya ia mencari, gua
tersebut tak kunjung ia temukan. Ia mulai putus asa dan kembali ke desa.
Di desa, kabar
mengenai Ernest mulai tersebar, seluruh penduduk desa seperti telah mengetahui
cerita Ernest, beberapa orang tampak menjauh dari Ernest. Saat ia membeli
beberapa bahan makanan, ia mendengar dua orang berbincang di kejauhan,
“Hey, lihat itu,
apakah dia benar orangnya?”
“Ya, lihat saja gaya
berpakaiannya yang aneh”
“Apakah gua itu
benar-benar ada? Itu seperti bualan belaka”
“Aku tidak tahu, aku
yakin jika kita menanyakan tetua Rokossovsky dia pasti tau jawabannya”
Sesampainya di rumah
Marie, ia menanyakan perihal tetua Rokossovsky. Marie terkejut bagaimana Ernest
bisa mengetahui tentang tetua Rokossovsky. Marie menjelaskan, tetua Rokossovsky
adalah orang yang katanya salah satu pendiri awal desa ini, ia sangat
mengetahui tentang seluk beluk desa ini termasuk hutan di timur desa, oleh
sebab itu ia dijuluki tuan serba tahu, ia juga diketahui menguasai dan dapat
menggunakan sihir yang biasa digunakan jika ada orang sakit parah dari desa
yang datang kepadanya untuk pengobatan dan dia dapat menyembuhkannya.
Walaupun begitu, tetua Rokossovsky
sangat tidak menyukai orang lain, ia menganggap orang lain hanyalah pengganggu
maka dari itu ia tinggal di Gunung Dahchenatem di selatan desa tersebut dan
mengusir semua orang yang datang ke kediamannya jika permintaan mereka tidak
lazim.
Esok paginya,
menggunakan kuda ia pergi ke Gunung Dachenatem dan sampai di kediaman tetua
Rokossovsky, rumah tua ini sangat kecil, terbuat dari kayu dan menempel ke
pohon berbatang sangat besar di belakangnya. Ia pun mengetuk pintu rumah yang
telah lapuk tersebut dan seketika itu juga seseorang dengan suara yang sangat
menyeramkan berteriak dari dalam rumah,
“Pergi kau dasar
pengganggu, aku tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan bodohmu” teriak
Rokossovsky marah.
“Tuan, aku Ernest, aku
ingin mengetahui tentang hutan di timur desa”
“Aku bilang pergi!”
“Aku mohon tuan, aku
terjebak di dunia ini dan ingin kembali ke duniaku”
“Pergi atau kukutuk
kau”
“Aku masuk ke gua di
tengah hutan dan terjebak di dunia ini”
Kemudian, suara teriakannya tidak terdengar lagi, dari balik pintu terdengar
langkah kaki berjalan mendekat. Jantung Ernest berdetak kencang, membayangkan
bagaimana jika tetua Rokossovsky menggunakan sihir dan membunuhnya sekarang
karena ia tidak menghiraukan usiran tetua Rokossovsky. Tak lama kemudian, pintu
yang penuh rayap itu terbuka perlahan.
“Masuklah, ceritakan
bagaimana kau bisa sampai disini”
Lalu Ernest menceritakan dengan panjang lebar cara ia bisa sampai disini
dan memberi tahu niatnya untuk kembali ke dunia asalnya.
“ Jadi kau ingin aku
menunjukkan jalan ke gua tersebut? Mengapa kau ingin kembali ke duniamu?
Bukankah manusia disana selalu berperang?”, tanya tetua Rokossovsky
“Ya aku ingin kembali
untuk memenangkan perang agar dapat membawa kedamaian di dunia” jelas Ernest.
Tetua Rokossovsky terdiam kemudian menjawab,
“Jika itu memang
tujuanmu, kembali untuk berperang, maafkan aku, aku tak bisa membantumu,
sekarang pergi dari rumahku”
“Tapi bagaimana
nasibku? Seperti katamu, manusia disana memang selalu berperang, tapi aku akan
memenangkan perang dan kedamaian akan tercipta”
“Kau pikir perang
dapat menciptakan kedamaian? Kedamaian melalui perang itu tidak pernah ada,
kedamaian yang sesungguhnya tidak dicapai melalui perang, lihat desa ini, lihat
kerajaan ini, mereka hidup damai berdampingan dengan kerajaan lain tanpa
perang, perang hanya akan memakan korban orang-orang tak bersalah, sekarang
pergi dari rumahku atau aku yang akan pergi”
“Tuan Rokossovsky
aku...”
Rokossovsky keluar dari rumahnya, ia menutup pintu, dengan segera Ernest
mengejarnya, namun begitu ia membuka pintu, tetua Rokossovsky sudah hilang
tanpa jejak. Ernest mencarinya di sekitar rumah tua itu namun tetap tak menemukannya.
Ia kembali ke desa
dengan kekecewaan yang teramat sangat, ia pasrah, ia merasa ia tidak akan bisa
kembali ke dunianya. Ia tetap tinggal dengan Marie dan Anna dan setiap pagi
pergi membantu Marie mencari kayu bakar di hutan. Walaupun ia sangat mencintai
Anna, tapi keinginannya untuk kembali ke dunia asalnya sangat besar, setiap
pagi saat mencari kayu bakar, ia selalu berharap dapat melihat atau menemukan
petunjuk keberadaan gua tersebut.
Hari demi hari ia
lewati bersama Anna, ia mulai terbiasa tinggal di desa tersebut. Desa yang
penuh dengan kedamaian karena sarat akan kebersamaan, hal ini tak hanya terjadi
di desa ini, seluruh daerah kerajaan Waldberg pun mengalami hal yang sama, ada
kedamaian dimana-mana. Kerajaan ini sangat menghindari perang, mereka lebih
memilih untuk bekerja sama dengan kerajaan lain daripada harus mengerahkan
pasukannya untuk memperluas daerah kekuasaan. Ernest pun sekarang sadar bahwa
kedamaian yang sebenarnya bukan didapatkan jika memenangkan perang, tetapi
kedamaian yang sebenarnya adalah kedamaian yang diciptakan melalui kehidupan
yang dipenuhi kebersamaan, kesederajatan, dan persatuan antar perbedaan.
Pada suatu pagi biasa,
di hari yang biasa, Ernest melakukan kegiatan hariannya, mencari kayu bakar di
hutan. Tak berapa lama setelah ia merasa kayu bakar yang ia kumpulkan sudah
cukup banyak dan memutuskan untuk kembali ke desa, Ernest bertemu dengan tetua
Rokossovsky.
“Ernest, mungkin kau
sudah tahu mengapa aku ada disini, aku mengetahui bahwa kau sudah mengetahui
arti kedamaian yang sebenarnya, karena itu aku akan memenuhi permintaanmu untuk
membuka jalan menuju gua yang kau cari. Apakah kau masih ingin kembali ke dunia
asalmu?”
Perasaan Ernest bercampur aduk, ia bimbang, di satu sisi keinginannya yang
sudah lama terpendam akan segera terwujud, namun di satu sisi ia sudah mulai
terbiasa tinggal disini ia telah menemukan cintanya disini. Akhirnya Ernest
memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya dan berencana tidak memberitahu Marie
dan Anna. Lalu Ernest bersama tetua Rokossovskyberjalan ke tengah hutan, disana
tetua Rokossovsky seperti mengucapkan mantra dalam bahasa latin, lalu sebuah
batu besar didepannya terbelah dua, ia merasa ini memang gua yang ia cari
selama ini, begitu ia ingin mengucapkan terima kasih, tetua Rokossovsky
lagi-lagi menghilang. Ia masuk ke gua tersebut, mendengar suara nyanyian
jangkrik dan serangga lainnya yang persis seperti saat pertama kali ia masuk ke
gua itu. Ingatannya pun mulai pulih, ia tersadar sudah berapa lama ia
meninggalkan dunia ini, bagaimana dengan perangnya? Ia lalu berjalan keluar
hutan ke daerah pesisir pantai dekat hutan, tak ada suara pesawat, tak ada
suara tembakan, ia mendengar keramaian di pantai itu, mereka adalah warga
sipil. Rupanya sudah 3 tahun berlalu setelah perang dunia kedua usai, ia lalu
memutuskan untuk tinggal dan menetap di suatu apartemen di Inggris. Kehidupan
berjalan seperti biasa hingga suatu hari ia bertemu seorang wanita bernama
Vanessa yang sangat mirip dengan Anna, ia tinggal satu apartemen dengan Ernest.
.the End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar